BASELINE SURVEY LIVELIHOOD PRAKTIK WANATANI KAKAO DI KABUPATEN LAMPUNGN TIMUR

Deskripsi postingan blogPada bulan Oktober 2023 Kawan Tani berkegiatan bersama RIKOLTO sebagai mitra dalam kegiatan Baseline Survey Livelihood Praktik Wanatani Kakao.

Divisi Publikasi dan Data

10/22/20232 min read

Baseline Survey Livelihood Praktik Wanatani Kakao dimulai dari Tangal 15 Oktober sampai 22 November 2023 Tujuan dari baseline survey livelihood ini adalah melakukan identifikasi dan mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang kondisi sosial masyarakat di Kabupaten Lampung Timur sebagai pendahuluan, sebelum dilaksanakanya Program Climate Change Adaptation Modality (CCAM) dalam kemitraan mendukung Pemerintah Indonesia untuk membudayakan praktik wanatani kakao berkelanjutan dengan mitigasi risiko dan adaptasi terhadap perubahan iklim, sekaligus meningkatkan mata pencaharian petani.

Wilayah yang menjadi objek antara lain Desa Labuhan Ratu I Kecamatan Way Jepara, Desa Labuhan Ratu III, Desa Labuhan Ratu IV dan Desa Labuhan Ratu VIII Kecamatan Labuhan Ratu, serta Desa Baraja Yekti dan Desa Braja Harjo Sari Kecamatan Braja Selebah. Salah satu pertimbangan pemilihan lokasi adalah karena desa-desa di daerah penyangga TNWK ini yang masih mengembangkan budidaya tanaman kakao dengan total narasumber sebanyak 116 yang tersbar pada 7 Desa dangan team sejumlah empat orang yang terdiri dari satu leader dan tiga Enumurator. Menurut Kurniadi Direktur Eksekutif Kawan Tani “Komuditas kakao lampung timur sangat menarik dan menjadi penting untuk di observasi lebih lanjut disamping lampung timur adalah daerah penyanggah namun juga kakao lampung timur pernah menempti urutan ke dua sebagai komodias unggulan pertanian lampung timur diluar lada hitam”.

Masyarakat lampung timur pernah terfokus pada komoditas kakao sebagai mata pencrian utama, hal ini di ungkapkan oleh pak ngadiyo menurutnya “sejak pertama kali orang tua nya mengikuti program transmigrasi pada sekitar tahun 1950an, masa kejayaan kakao yang pernah menjadi penghasilan pokok beberapa petani namun hancur akibat terserang wabah busuk buah dan batang yang terjadi hampir di setiap lahan petani, yang ahirnya petani menganti tanaman kakao dengan pohon karen,singkong, jeruk, alpukat dan lainya”. Masa ini adalah ahir kejayaan komoditas kakao dilampung timur.

Akibatnya petani sudah banyak yang mengalihkan lahanya kepada komoditas lain sehingga kebun kakao tidak banyak lagi namun dari itu masih ada beberapa petani yang tetap bertahan hingga sekarang meraup sukses dari hasil penjualan kakao yang memiliki harga di tengkulak bervariatif tergantung kadar air yang terkandung. Dari sinilah petani mulai tertarik kembali pada komoditas kakao berkaca pada pendapatan petani-petani kakao yang tetap bertahan.

Petani mulai mengembalikan lahan mereka untuk pertanian kakao, dan bahkan ada yang mencoba hal-hal baru dengan mengalihfungsikan sawah tadah hujan mereka menjadi lahan wanatani kakao dengan tanaman pendamping cabai dan terong ketika usia tanam kakao pada awal-awal tanam, namun petani masih bertani dengan cara konvensional baik pada pengelolaan bibit dan lahan maupun pengelolaan hasil panen, mayoritas petani juga lebih nyaman menjual hasil pertaniannya pada tengkulak lokal yang dinilai lebih praktis dan mudah yang berdampak pada rendah nya tingkat ekonomi petani karena tidak mampu melakukan pengelolaan pada hasil pertanian kakao.

Menurut para petani “adanya kegiatan ini memberikan kami harapan kembali pada tanaman kakao, sukur-sukur hasil panen kita ada yang beli dengan harga yang baik”. Oleh karenanya Kawan Tani Bersama Rikolto Secara Berjenjang akan melakukan Peningkatan dan Penguatan kapasitas petani melalui program Pelatihan dan Praktik pertanian wanatani, serta upaya bersama petani dalam menyediakan pasar bagi hasil panen petani dalam tahap mideline yang akan datang.